Thursday, May 17, 2018

Potret Kehidupan Seorang Guru

https://pentingbelajar.wordpress.com/asas-asas-pendidikan/asas-tut-wuri-handayani/

Dalam dunia pendidikan kita mengenal semboyan yang dicetuskan olah dua orang Bapak pendidikan yaitu Ki Hadjar Dewantara dan disempurnakan oleh R.M.P Sastrokartono. Dan bunyi semboyannya sebagai berikut;

1.Tut Wuri Handayani, mengandung arti, dari belakang seorang guru harus memberi dorongan dan arahan,
(Point pertama ini diciptakan oleh Ki Hadjar Dewantara)

2.Ing Madya Mangun Karsa, dan bila diterjemahkan berarti, ditengah atau diantara murid, seorang guru harus menciptakan ide,
(Point kedua diciptakan oleh R.M.P Sastrokartono)

3.Ing Ngarsa Sang Tulada, artinya, didepan seorang guru harus menjadi contoh sekaligus teladan bagi anak didiknya.
(Sama seperti point kedua, akhir dari semboyan ini pun diciptakan oleh R.M.P Sastrokartono.)

-Dikutip dari laman www.google.co.id/

Pada suatu ketika, seorang guru begitu disegani karena karisma dan dedikasinya. Ketika kita bertatap muka dijam sekolah atau diluar jam sekolah sekali pun kita enggan menatap wajahnya secara langsung karena takut dibilang ga sopan. Dulu murid tak berani melawan guru, tapi kini guru lah yang segan pada murid. Dunia Terbalik.

Sebelum ramai media sosial dan media informasi elektronik lainnya, jarang kita mendengar orang tua murid melaporkan guru anaknya pada pihak yang berwajib. Dan sebaliknya belum pernah saya mendengar seorang murid menganiaya gurunya karena hal yang sepele. Dunia Terbalik.

Padahal jika menilik semboyan diatas, tugas seorang guru itu bagaikan orang tua ketiga setelah ibu dan bapak. Didikanya, ketekunannya dan juga kasih sayangnya dan banyak lagi.

"Tapi kan..tapi kan..tapi kan mereka dibayar.." ucap adik-adik pada abang-abang tukang jualan gambar Power Rangers dihalaman sekolah.

"Ya! Memang mereka mendapakan upah. Tapi kan..tapi kan..tapi kan itu buah jerih payah mereka. Apa kamu rela ketika kamu kerja banting tulang bahkan sampai banting pintu lemari kemudian tak dibayar? Enggak kan?" Jawab abang-abang tersebut.

Lalau apakah ketika tau mereka diberi upah kita lalu mengurangi rasa hormat kita pada seorang guru. Bahkan ketika lulus sekolah nanti, dia tetap gurumu. Ilmunya masih nempel diotak kita. Entahlah dengan ilmu sejarah, tak tahu kemana ilmu geografi.. Namun ilmu matematika-aljabar masih bisa digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Menghitung hutang misalnya.

Tugas guru diera modern seperti sekarang ini jauh lebih kompleks. Dulu belum ada yang namanya,
"ini Ani, ini Budi, Ani dan Budi ketauan mojok dibelakang sekolah."

Lalu siapa yang harus disalahkan ketika Ani dan Budi kebablasan. Guru kah? Orang tua kah? Atau tekhnologi kah? Semua kembali pada diri masing-masing.

Tugas Penting Guru:
Lupakan soal Ani dan Budi diatas. Kembali pada kewajiban yang dibebankan orang tua pada guru. Bukan hanya mengajarkan teori rumus fisika atau mengajarkan letak benua Amerika, bukan.. Tugas seorang guru lebih dari itu. Mereka dengan telaten membentuk karakter seorang siswa menjadi lebih beretika. Lebih menghargai orang lain ketika bersosialisasi.
Ada yang mampu menyerap ilmunya, ada juga yang bebal. Tergantung pergaulan sianaknya itu sendiri ketika diluar sekolah.

Yang patut kita teladani dari seorang guru ialah tekadnya mencerdaskan anak bangsa mampu mencetak manusia unggul, sebagai contoh nyata adalah Bapak.Prof.Baharudin Jusup Habbibi yang mampu bersaing dengan dunia barat dalam hal tekhnologi dirgantara. Ia tak pernah melupakan jasa pendidiknya semasa disekolah.

Akhir kata, "Terpujilah wahai engkau Ibu-Bapak Guru..Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku."

No comments:

Post a Comment